Minggu, 02 Februari 2014

Oka Art Project


            Oka Art Project (OAP) adalah sebuah organisasi seni berbasis proyek dimulai sejak tahun 2011, suatu proyek seni yang digagas atas prakarsa Oka Astawa sebagai ruang penciptaan dan presentasi proses kreatif, yang akan dan telah dijalani oleh perupa muda I Gede Oka Astawa, yang memfokuskan pada membangun jaringan komunikasi kreatif antara seniman muda dan publik seninya. OAP  berkolaborasi dengan lembaga dan institusi seni lainnya untuk menyelenggarakan berbagai macam pameran, publikasi dan forum diskusi. semua kegiatan yang dilakukan guna mempromosikan dan meng-komunikasikan kegiatan dan berbagai macam kecenderungan yang terjadi dalam proses kesenimanan Oka Astawa. Pada awalnya diciptakan sebagai sebuah wadah penyampaian gagasan pribadi Oka Astawa dan telah berkerja sama dengan pelaku seni secara perorangan maupun organisasi-organisasi seni dalam merancang dan menyelenggarakan berbagai macam kegiatan kesenian. Pada tahun 2011 Oka Art Project dimulai dengan pembuatan stensilan diberbagai sudut kota Yogyakata. Pada tahun 2011 Oka Art Project berkerjasama dengan komunitas seni seperti komunitas Tangan Reget (TR), Titik Lenyap (TL), dan Tempat Kencink (TK) untuk membuat karya kolaborasi dalam pameran tunggal "Menjawab Kegelisahan" Oka Astwa. Pada tahun 2012 OAP berkerjasama dengan komunitas Tempat Kencink membuat pameran kolaborasi “Hydro Pirates” di Galang Kangin Art Space Bali yang diikuti oleh anggota komunitas Tempat Kencink dan perupa muda Bali. Ditahun 2012 berkerjasama dengan kurator muda Hendra Himawan mendirikan forum diskusi WASH (Weekly Art Sharing) Yogyakarta, WASH adalah satu forum diskusi, ruang presentasi proses kreatif  perupa muda  Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan oleh WASH adalah pameran mandiri, presentasi karya dan diskusi, dengan mengambil tempat di studio-studio seniman, ruang-ruang kumpul komunitas, kampus-kampus sebagai ruang gerak, untuk mendekatkan proses penciptaan karya seni dengan audiens dan publik seni yang lebih luas. WASH berorientasi kepada pendokumentasian proses kreatif, mengembangkan ruang-ruang diskusi dan proses penciptaan karya baru, serta pembangunan jaringan kerja kesenian atara perupa muda Yogyakarta. Ditahun 2014  Oka Art Project dengan sangat antusias kembali meluncurkan inisiatif  baru yang disebut I+DIALOG+I, sebuah proyek seni yang digagas dalam rangka pameran Tunggal Oka Astawa pada bulan maret 2014 di Taman Budaya Yogyakarta, adapun acara pendukungnya antara lain: -Diskusi Seni dan pemutaran video dokumenter wawancara Oka Astawa dengan seniman Made Wianta, Pande Gede Supada, dan Nyoman Erawan di UPT Galery ISI Yogyakarta. -Diskusi Seni “Jejaring Komunitas” bersama Komunitas Kukomikan, Tangan Reget, Giginyala, dan Perupa Indonesia Timur di Kersan Art Studio Yogyakarta. -Pameran Instalasi dan performing art kolaborasi dengan komunitas-komunitas seni Yogyakarta. -Diskusi Seni “Ketika Orang Bali Merantau”, pembicara Entang Wiharso, Gede Arya Sucitra. S.Sn. M.A. dan Gede Oka Astawa

                    Kegiatan yang dilakukan oleh Oka Art Project dikonstribusikan kepada berbagai macam bentuk kegiatan seni yang dilakukan I Gede Oka Astawa dan membuka diri kepada berbagai pihak untuk berkerja sama.


 Salam Hangat
 I Gede Oka Astawa


I+dialog+I : ‘ apa dan bagai mana seni rupa saya’!

Setiap seniman mempunyai tarikan tersendiri dengan lingkungannya. Sebagai bagian dari masyarakat dengan akar tradisi yang ketat, Oka Astawa tidak dapat melepaskan diri dari ikatan-ikatan norma yang telah dibebankan sejak lahir. Pergulatannya sebagai seniman muda dalam ruang kultural masyarakat asal, menuntunnya pada dua kutub persoalan : antara ‘subjektivitas diri’ dan ‘tuntutan adat’. Tarik menarik keduanya kemudian membawanya dalam persoalan bagaimana menjadi ‘seniman hari ini’.Ketika persoalan sikap mental yang menjadi landasan lahirnya idealism seniman dihadap-hadapkan pada tuntutan sebagai anak tunggal yang harus kembali kedaerah asal untuk menunaikan kewajiban adat.
Pergulatan inilah yang kemudian membawa pemikiran Oka untuk mengkaji apa dan bagaimana sikap mental dari seniman itu seharusnya diasah dan diperjuangkan. Ini memang pertanyaan yang bisa jadi sangat subjektif, namun apa yang ditawarkan oleh Oka sesungguhnya menguji para penatap tentang seberapa penting ideologi yang dimiliki oleh seniman.
Andaikata wacana seni yang bergulir menyatakan bahwa tidak ada karya seni yang tidak politis, dalam arti- ia merupakan bagian dari sistem wacana yang lebih besar, bersifat responsive (kausalitas) dan menjadi satu tawaran perspektif dari sebuah fenomena, dan mempunyai tujuan tertentu, lantas apakah kemudian kita abai dengan ideologi yang melatar belakangi lahirnya ‘seni’ itutadi?
Tentu setiap karya seni tidak semata-mata tercipta karena komposisi desain elementer semata, namun ada nilai-nilai yang diperjuangkan didalamnya.Kontekstualitas menjadi kanon utama dalam seni rupa kontemporer hari ini.Setiap seniman menghadirkan konsep kekaryaannya sebagai bagian dari keberpihakan dirinya atas fenomena yang ada.Setiap bahasa visual yang tercipta, setiap aktivitas seni muncul tentu bukan tanpa substansi ideologi, tersemat nyata ataupun samar-samar, inilah sejatinya yang diperjuangkan oleh setiap seniman, jauh melampaui eksistensi atau keterbutuhan materi.
Hal inilah yang setidaknya menjadi lontaran dialog yang ingin sampaikan oleh Oka Astawa melalui aktivitas seninya : OKA ART PROJECT 2014.  Mencari ‘diri’ sekiranya adalah kata kunci yang dapat menuntun setiap individu yang terlibat dalam project ini, untuk terus bertanya pada diri, melakukan otokritik dan mungkin koreksi atas definisi ‘ apa dan bagaimana seni rupa saya’!

Hendra Himawan
Kurator